Kamis, 09 Juni 2016


Pengertian-Pengertian Ilmu Hadist

2.1 Pengertian Hadist
1.      Pengertian Hadist Secara Ertimologis
‘kata hadist’ berasal dari bahasa arab, yaitu al-hadist, Jamaknya Al-Akhadist, Al-Akhaditsan, dan Al-Ahudtsan.Secar etimologis, kata ini memiliki banyak arti, di antaranya al-jadid (yang Baru) lawan dari al-qadim (Yang lama), dan khabar, yang berarti kabar atau berita. [1]
2.      Pengertian Hadist secara Terminologis
Segala sesuatu yang diberitakan dari nabi Muhammad SAW, baik berupa Perkataan Nabi (Sunnah Qouliyah), Perbuatan Nabi (Sunnah Fi’liyah), Ketetapan Nabi (Sunnah Taqririyah).
Dalam Al-Qur’an, kata hadist ini digunakan sebanyak 23 berikut beberapa contohnya.
a.       Komunikasi Religius: Risalah Atau Al-Qur’an
الله نزّلـــ أحسن الحديث كتبا...... (الزمر:23)[2]
Allah ta’ala menurunkan secaa bertahap hadist (Risalah)yang paling baik dalam bentuk kitab (Q.S.Az-Zumar [39]:23)
Firman-Nya lagi,
فذرني ومن يكذب بهذاالحديث.....(القلم:44)
Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-ku (urusan) orang-orang yang mendustakan hadist (Al-Qur’an) ini. (Q.S.Al-Qalam [68]:44)
b.      Kisah tentang suatu watak sekular atau umum
وإذا رأيت الذين يخوضون في ايتنا فأعرض عنهم حتي يخودون
في حديث غيرهقلي.....(الأنعام:68)
Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokan ayat-ayat kamim tinggalkanlah mereka sehingga membicarakan hadist (Perkataan) yang lain. (Q.S.Al-An’am [6]:68)
c.       Kisah Historis
وهل اتاكحديث موسى.....(طه:9)
ِحشنشا Apakah telah sampai kepadamu hadis (Kisah) Musa ?. (Q.S.Thaha [20]:9)
d.      Kisah Kontemporer atau percakapan
وإذ ســــرّالنبي إلي بعض أزواجه حديثاج.....(التحريم:3)
Ketika nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya suatu hadist (Cerita). (Q.S.At-Tahrim [66]:3)
Dari ayat-ayat tersebut, kita bias menyimpulkan bahwakata hadist telah digunakan dalam al-Qur’an dalam arti ‘kisah’, ‘komunikasi’, ‘risalah’, religious maupun sekular, dari suatu masal\ lampau ataupun masa kini.[3]

BAB II PEMBAHASAN
                                   2.1 Pengetian Pengertian
a.      Sunnah
Menurut bahasa, sunnah adalah,
الطريق محمودة كانت أو مذمومة
                    Jalan yang dilalui, baik terpuji atau tercela.[4]
            Sabda Nabi Muhammad SAW.,
لتتبعن سنن من قبلكم سبرا بشبر و ذراعا بذراع حتى لو سلكوا جحر ضب
لسلكتموه (رواه البخارى و المسلم )
Sungguh, kamu akan mengikuti sunnah-sunnah (Perjalanan-perjalanan) orang yang sebelummu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka Memasuki sarang dhab (serupa biawak) sungguh kami memasuki juga. (H.R. Bukhari dan Muslim)
            Adapun Sunnah menurut istilah, seperti yang diungkapkan oleh Muhammad ajaj al-Khathib,
ما  أثرعن النبي صلي الله عليه وسلم من قول  أو فعل أو تقريرا أو صفة خلقية
أو سيرة سوأ كان قبل البعثة أو بعدهــا[5]
b.      Khabar
Secara bahasa, khabar pada artinya warta atau berita[6].yang disampaikan dari seseorang kepada orang lain.Khabar menurut istilah ahli hadist adalah,
ما  أضيف إلي النبي محمد صلى الله عليه وسلّم أو غيره
Segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari nabi muhmmad SAW. Atau selain Nabi Muhammad SAW.
                        Maksudnya bahwa khabar cakupannya lebih ebih luas disbanding hadist.khabar mencakup segala sesuatu yang berasal Nabi Muhammad SAW. Dan selain Nabi, seperti perkataan sahabat dan tabiin, sedangkan hadist hanya segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW.baik perkataan, perbuatan maupun ketetapan beliau.
c.       Atsar
Dari segi bahasa , atsar berarti bekas sesuatu atau sisa sesuatu. Menurut kebanyakan ulama’, atsar mempunyai pengertian yang sama dengan Khabar dan hadist, namun menurut sebagian ulama’.Secara Terminologis adalah sesuatu yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’in dari perkataan dan perbuatan.

2.2  Perbeda’an dan Persamaan Hadist, Sunnah, Khabar, Dan Atsar.
a.       Perbedaan
1.      Menurut ibn manzhur, ‘kata hadist’ berasal dari bahasa arab, yaitu al-hadist, Jamaknya Al-Akhadist, Al-Akhaditsan, dan Al-Ahudtsan.Secar etimologis, kata ini memiliki banyak arti, di antaranya al-jadid (yang Baru) lawan dari al-qadim (Yang lama), dan khabar, yang berarti kabar atau berita. [7]
2.      Menurut M.M. Azami mendefinisikan bahwa kata ‘hadist ’ (Arab: Al-Hadist), secara etemologi (Lughowiyah), berarti komunikasi’, ‘kisah’, ‘percakapan’: religious atau secular, historis atau lontemporer.[8]dan juga menurutnya juga bahwa sunnah berarti model kehidupan Nabi Muhammad SAW., sedangkan hadist adalah periwayatan dari model kehidupan Nabi Muhammad SAW.tersebut.[9]
3.      Khabar itu cakupannya lebih luas dibanding dengan hadist. Khabar mencakup segala sesuatu yang berasal ari nabi Muhammad SAW. An selain Nabi Muhammad SAW., seperti perkataan sahabat dan tabi’in sedangakan hadist hanya segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW., baik perbuatan, perkataan, maupun ketetapan nabi Muhammad SAW.

b.      Persamaan
1.      Menurut Ulama’ Hadist, sunnah dan hadist adalah hal-hal yang berasal dari nabi Muhammad SAW., baik berupa perkataa, perbuatan, penetapan maupun sifat beliau, dan sifat ini, baik berupa sifat-sifat fisik, moral maupun perilaku, sebelum beliau menjadi nabi maupun sesudahnya.[10]
2.      Menurut ulama’ jumhur ulama’ hadist, dapat dipergunakan dengan maksud yang sama, yaitu bahwa hadist disebut juga dengan sunnah, khabar, atau atsa. Begitu pula, sunnah dapat disebut dengan Hadist, Khabar, dan atsar. oleh karena itu, hadist mutawatir dapat juga disebut dengan sunnah mutawatir atau khabar mutawatir. Begitu juga, hadist shahih dapat disebut dengan sunnah sahih, khabar sahih, dan Atsar sahih.


2.3  Pembagian Sunnah
a.       Sunnah Qouliyah
Hadist Qouli adalah segala bentuk  perkataan atau ucapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang berisi berbagai tuntutan dan petunjuk syara’, peristiwa dan kisah, baik yang berkaitan dengan aspek aqidah, syariat, maupun akhlak.
Diantara contoh hadist Qouliyah adalah hadist tentang kecaman rasul kepada orang-orang yang mencoba memalsukan hadist-hadist yang berasal dari nabi Muhammad SAW.,
عن أبي هريرة قالـــ:قال رسول الله صلي الله عليه وسلم :من كذب
علي ّ متعمدا فليتبوّا مقعده من النار .(رواه المسلم)
Dari abu hurairah r.a., rasulullah SAW. Bersabda, “barang siapa sengajaberdusta atas diriku, hendaklahia bersiap-siap menempatitempat tinggalnya dineraka” (H.R. Muslim)
b.      Hadist Fi’liyah
Hadist Fi’liyah adalah segala perbuatan yang diandarkan kepada Nabi Muhammad SAW., dalam hadist tersebut terdapat berita tentang perbuatan Nabi Muhammad SAW., yang menjadi anutan perilaku para sahabat pada sa’at itu, dan menjadi keharusan bagi semua umat islam untuk mengikutinya.
            Hadist yang termasuk kategori ini diantaranya adalah hadis-hadist yang didalamnya terdapat kata-kata kanalyakuku atau ra’aitu/ra’aina.[11] contohnya hadist berikut ini.
عن عائشة أنّ النبي صلى الله عليه و سلّم كانيقسم بين نسائه فيعدل ويقول:
اللّهم هذه قسمتي فيما أملك فلا تلمني فيما تملك ولا أملك (رواه أبو داود
و الترمذى والنســــائىوبن ماجه)
Dari ‘Aisyah, Rasulullah SAW. Membagi (nafkah dan gilirannya)antar istri-istrinya dengan adil. Beliau bersabda,”ya allah! Inilah pembagianku pada apa yang aku miliki. janganlah engkau mencelaku dalam hal yang tidak aku miliki.” (H.R. Abu Daud, At-Tirdmidzi, An-nasa’I, dan ibn majah)
c.       Hadist Taqririyah
Hadist Taqririyah Adalah hadist berupa ketetapan Nabi Muhammad SAW. Terhadap apa yang dating atau dilakukan oleh para sahabatnya. Membiarkan atau mendiamkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabatnya, tanpa memberikan penegasan, apakah beliau membenarkan atau mempermasalahkannya.sikap nabi yang demikian itu dijadikan dasar oleh para sahabat sebagai dalil taqririyah, yang dapat dijadikan hujjah atau mempunyai kekuatan hokum untuk menetapkan suatu kepastian syara’.[12]




[1] Muhammad ibn Mukaram ibn Manzhur. Lisan Al-Arab, Juz II 1992. Hal 131
[2] Ibid
[3] Ibid
[4] Soetari. Op.cit. hal 6
[5] M. Ajaj Al-Khatib, Ushul Al-Hadist ‘ulumuhu wa Musthalahuhu. Beirut: Dar Al-Fikr.1975. hal 19.
[6] Mahmud Yunus. Op.cit. hal. 13.
[7] Muhammad ibn Mukaram ibn Manzhur. Lisan Al-Arab, Juz II 1992. Hal 131
[8] M.M. Azami. Studies in hadist methodology and literature. Terj. Meth kieraha. Jakarta: Lentera, 2003. Hal 21-23
[9] Azami,memahami…… op.cit. hal. 21.
[10] Mustafa Ash-shiba’. Sunnah dan perananny dalam penetapan hokum islam: sebuah pembelaan kaum sunni. Jakarta: pustaka Firdaus. 1993. Hal 1.
[11] Ibid. hal. 15
[12] Utang ranuwijaya. Ilmu hadist. Jakarta: gaya Media Pratama. 1996. Hal. 15.

Si Imut Berbakat (SH2N) . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates